loading…
Pedagang kelontong yang bergabung di Mitra Bukalapak sukses berjualan produk digital. Foto: thethaoqq188news/Wahyudi Aulia Siregar
MEDAN – Sepintas, Monika Sihombing hanya pedagang kelontongan biasa. Sehari-hari dia berdagang di Pasar Nawacita di Desa Sampali, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deliserdang, Sumatra Utara.
Perawakan perempuan paruh baya itu begitu luwes namun tetap tegas. Seolah menggambarkan kehidupan orang-orang di pasar yang sangat dinamis dan keras.
Namun, bagi pedagang dan pengunjung Pasar Nawacita, Monica adalah sosok perintis kemajuan. Bagaimana tidak, perempuan yang memulai usaha bermodal Rp150 ribu pada lapak seluas tiga meter persegi itu bertransformasi menjadi pedagang besar dengan modal mencapai ratusan juta rupiah.
Kesuksesan Monica berawal pada 2018, saat ia mulai bergabung menjadi Mitra Bukalapak. Monica yang awalnya hanya menjual produk kelontongan dan sembako, kini ikut menjual produk virtual.
“Awalnya saya hanya menjual barang kebutuhan sehari-hari. Tapi kemudian saya juga melayani berbagai transaksi produk virtual seperti produk digital dan keuangan lewat aplikasi Mitra Bukalapak,” kata Monika saat bincang-bincang Mitra Bukalapak bersama awak media di Potte Cafe, Jalan Dr. Mansyur, Kota Medan, Senin (20/5/2024) lalu.
Ikut hadir dalam kesempatan itu, AVP Brand Marketing dan Partnership Mitra Bukalapak, Gitaditya Witono.
Monika merupakan pedagang pertama di Pasar Nawacita yang menjalin kerjasama dengan Mitra Bukalapak. Belakangan langkahnya banyak diikuti pedagang lain seiring suksesnya Monika mengumpulkan pundi-pundi cuan dari bisnis produk virtualnya.
“Banyak yang membeli pulsa, token listrik atau kirim uang. Bahkan yang sudah lama kenal karena sering belanja, mereka simpan nomor ponsel saya dan kalau butuh produk digital, mereka pesan lewat WhatsApp saja. Bayar belakangan saat nanti mereka ke pasar. Tempo paling lama satu minggu,” kata Monika.
Transformasi bisnis Monika tidak hanya menghasilkan peningkatan pendapatan 2 hingga 3 kali lipat, tetapi juga berhasil meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Berkat penjualan produk virtual, ia berhasil bangkit dari masa sulit setelah insiden kebakaran yang menghanguskan rumah tempat tinggalnya beberapa waktu lalu.
Peran Monika sebagai agen inklusi finansial kemudian tidak hanya sebatas memenuhi kebutuhan pelanggan dengan produk virtual.